Monday, March 19, 2018

Musium lontar tertua di NKRI satu satunya di dunia



Lagi-lagi Bali memegang rekor nan unik itu, ketahuilah sebagai daerah tujuan wisata nan populer neng seantero jagat, Bali itu sedemikian kecilnya namun dibagi menjadi Bali Selatan, serta Bali Utara. Bali utara identik nian dengan kawasan Buleleng  yang lumayan banyak memiliki daya tarik wisata guna menunjang pengembangan city tour. Lagi pula kota pelajar Singaraja, tenar sebagai kota sejarah karena di  eranya dahulu pernah jua sebagai ibu kotanya kawasan mungil Bali, makanya Singaraja itu juga disebut sebagai wilayah heritage. Selain itu kawasan Bali Utara memiliki panorama indah yang lainnya, sebut saja Eks Pelabuhan Buleleng, Puri Buleleng, serta Puri Kanginan.  Ada juga kawasan pantainya antara lain ; pantai penimbangan, pantai lovina, pantai tulamben dengan pantainya yang berkoral batu batu kecil berbagai bentuk nan mungil indah.

Daun lontar yang sudah selesai ditulis dg menggunakan pisau pengropak kemudian dijemur di bawah terik matahari ±selama 2 jam. Proses selanjutnya adalah membakar ”kemiri” (tingkih) hingga gosong, Setelah itu daun lontar yg sudah tertulis itu digosok-gosokkan dg kemiri tadi, hingga tulisannya menjadi hitam dan terbaca jelas. Setelah itu dijemur lagi selama ±2jam, dan lalu dibersihkan dg tissue atau lap yang bersih, sehingga tulisan lontar itu menjadi hitam .

Datang ke kawasan Utara Bali, setidaknya kita sudah mengarah ke wisata sejarah budaya karena di Bali Utara itulah letaknya museum lontar tertua di Indonesia, serta hanya satu-satunya di kolong langit,  Musium Lontar Gedong Kertya, demikian namanya [ Jln. Vetran, kelurahan Paket Agung, Kawasan Puri Seni Sesana Budaya ], sesuai info dari majalah Bali Post 223, museum lontar ini dibangun oleh seorang berkebangsaan Belanda, di tahun 1928 beilau tiada lain adalah L.J.J. Caron. Saat itu sedemikian kagumnya beliau akan kebudayaan  serta sejarah tentang  Bali yang tertuang banyak pada aneka lontar, maka beliau datang ke Bali bertemu dengan para raja serta tokoh agama, untuk berdiskusi tentang kekayaan kesenian sastra (baca lontar), yang ada di seluruh Bali. Hingga di  era reformasi NKRI yang kebablasan ini, di museum Gedong Kertya para wisnu juga wisman dapat mempelajari ribuan lontar berbahasa Bali, Jawa Kuno, serta Sansekerta. Ada koleksi lontar lebih dari 1800 buah di museum Gedong Kertya, para pengunjung museum lontar ini kebanyakan para wisman dari Eropa (paket city tour). Para pengunjung museum juga ada kaum lokal yang mana kebanyakan guna menkaji lontar yang diinginkan sebagai refrensi, serta untuk meneliti juga mengkaji berbagai jenis lontar demi menunjang studi akademik mereka.

Gedong Kertya museum lontar tua itu, diantaranya mengoleksi lontar lontar yang berkatagori weda ; mantra, kalpasastra , Agama ; pala kerta, sesana, wariga, itiasa, parwa, kidung, geguritan serta lainnya. Para pengunjung juga banyak yang mencari tentang lontar usada (pengobatan), wariga, juga babad.  Lain halnya para wisman itu, hanya nanya serta foto-foto lontar yang terkoleksi. Ketahuilah, walaupun sejumlah lontar di Gedong Kertya itu usianya rata-rata ratusan tahun, kondisinya lumayan baik lentur serta mudah terbaca, tersimpan dalam berbagai peti-peti kecil/keropak (bhs.Bali) serta memakai penomeran,  tersusun teratur, berkode khusus..

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini