Wednesday, February 14, 2018

Kahyangan jagat itu :



 
suatu ketika, di panataran agung Pura Besakih, Bali
Ingin menyaksikan yang namanya replika sorga dalam jumlah yang lumayan banyak, maka datanglah ke tanah Bali, di Bali ada ribuan replika sorga bahkan tidak tanggung-tanggung pura itu tersebar disepanjang pantai Bali, makanya dikatakan Pulau Bali itu berpagarkan pura. Ada yang terkatagori pura keluarga/panti/dadia, ada terkatagori pura Kahyangan Tiga, ada juga Sad Kahyangan, serta pura-pura yang termasuk dalam katagori Pura Kahyangan Jagat. Secara klasik, berdasarkan sejarah, pura Kahyangan Jagat dibagi menjadi empat jenis yaitu Pura Kahyangan Jagat yang didirikan berdasarkan konsepsi Rwa Bhineda, Catur Loka Pala, Sad Winayaka dan Padma Bhuwana. Ada beberapa pura yang tergolong berfungsi rangkap, baik sebagai pura Rwa Bhineda, pura Catur Loka Pala maupun sebagai pura Sad Winayaka dan juga sebagai pura Padma Bhuwana. Pura Besakih dan Pura Batur di Kintamani adalah pura yang tergolong pura Rwa Bhineda. Pura Catur Loka Pala adalah Pura Lempuyang Luhur di arah timur Bali, Pura Luhur Batukaru arah barat, Pura Andakasa arah selatan dan Pura Puncak Mangu arah utara. Sesuai arti harafiahnya, Pura Kahyangan Jagat adalah pura yang universal. Seluruh umat ciptaan Tuhan sejagat boleh bersembahyang ke sana. Pura Kahyangan Jagat tersebar di seluruh dunia. Khusuhnya untuk di tanah  Bali lantaran terpengaruh  dengan sejarah yang berusia panjang, pura Kahyangan Jagat itu digolong-golongkan dengan beberapa kerangka / konsep, diantaranya ada kerangka Rwa Bineda, kerangka Catur Loka Pala serta yang lainnya. Namun tiada terpungkiri dalam keseharian kehidupan kita latahnya  yang dinamakan dengan jagat, sesuai dengan pengertian moyang kita dari sejak nguni  adalah Bali (lingkupnya amatlah kecil). Namun kini kebanyakan dari kita berpandangan bahwasanya jagat adalah dunia, tidak sedikit dari kita kita ini  yang langsung berasumsi bahwa jagat adalah kawasan semesta, lengkap dengan seluruh konstelasi bintang, nebula, komet sampai lubang hitam, jujur saja diantara semua pendapat itu semuanya benar berdasarkan keyakinan nan hakiki dibawah pengakuan tentang adanya kebesaran Sang Maha Pencipta.

terkait dengan yang namanya pura, rangkaian kegiatan keagamaan Hindu itu lumayan banyak tapi itulah budaya NKRI nan adi luhung, para warga Dunia memandangnya dengan mata yang seakan tidak terkedip, riil.

Sekilas info pada tahun 2002 sebuah majalah “ taksu “ namanya, sempat juga mengimformasikan via halaman niskalanya, bahwa yang namanya tanah Bali itu memanglah unik,  berbagai kreteria pura baik besar dan kecil ada di tanah Bali dengan berbagai bentuk serta motif yang berbeda beda, namun kesemuanya berdiri kokoh melewati hempasan zaman serta panjangnya waktu yang melintas, nuansa relegius beraura mistis tentu ada di setiap replika sorga itu (fakta). Majalah Taksu edisi Agustus  2002, nomor 89 meceritrakan selintas bahwa di Bali Barat tepatnya di Desa Manistutu ada sebuah pura yang berdiri kokoh diatas batu besar serupa perahu layar, bertengger di tengah sungai/tukad(bhs.Bali) di tengah hutan pula. Pura Pagubugan, demikian namanya persisnya diujung Banjar Mekarsari, Desa Manistutu, Kecamatan Melaya, pura satu ini kokoh dengan berbagai misterinya yang bernuansa kehinduan Bali. Diantara misteri itu misalnya ; para warga yang  acap melintas di jalan setapak di lingkungan pura Pagubugan kerap mendengar suara “auman harimau” diyakini suara itu adalah merupakan suara ancangan/unen-unen pura. Suara macan yang mengaum dari balik batu besar pura, seringnya  terdengar saat-saat hari yang disucikan/rerainan di Bali ; purnama/bulan penuh, tilem/bulan mati demikianpun dengan hari hari suci lainnya. Astungkara Santhi jagat Bali.-

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini