Sunday, September 3, 2017

Setengah pria dan setengah wanita




Tentunya telah banyak mereka-mereka yang menetap di luar Bali, dan ke tanah Bali hanya dalam tempo yang tiada lama atau sekedar melintas saja di jalan raya Denpasaar Gilimanuk. Saat menikmati indahnya karuniaNya di tanah Bali itu akan melihat pemandangan alam dan juga pemandangan (perspektif) tentang wanita Bali.  Kentara jelas bagi mereka-mereka di luar Bali riil Jawa, melakukan perjalanan wisata di tanah dewata, dan selintas melakukan pengamatan  tentang wanita Bali itu banyak yang menyimpulkan ; wanita Bali itu pekerja keras, tiada pernah lelah, serta tidak mengenal kata gengsi yang utama halal, itulah riilnya. Kesimpulan demikian didapat lantaran, saat mereka melakukan pengamatan tentang wanita Bali, mereka menjumpai  para wanita Bali banyak yang melakukan  pekerjaan sebagai tukang batu di jalan, mengecat di berbagai proyek-proyek bangunan, mencangkul di sawah, serta menjunjung/nyuun (bhs.Bali) beban berat di kepala.  Wanita Bali yang mayoritasnya sebagai petani, dengan sendirinya akan membantu pekerjaan suami di sawah, tidak jarang pula memelihara ternak ( sapi, babi, dan kambing) untuk membantu ekonomi keluarga.  Sudah menjadi tugas rutin membantu suami melaksanakan upacara agama, menyiapkan makan bagi suami bdan anak.
banyak wanita Bali yang berprofesi sebagai politisi, ataupun sebagai pemimpin, misalnya bupati Tabanan tahun 2017 Ni Putu Eka Wiryastuti, S.Sos.

wanita Bali aktif kreatif dalam kegiatan keagamaan serta sebagai pendamping suami nan iklas

Membantu suami melaksanakan upacara keagamaan, agama Hindu tentunya. Agama Hindu neng Bali yang terkenal dengan taksu Balinya.  Karena Hindu sesuai ajarannya, wanita itu amat dihormati, tidaklah salah jika dikatakan wanita itu diberikan kehormatan melebihi pria. Di Hindu itu ada semacam konsep, ardhanareswara namanya, dimana wanita itu dianggap sebagai  ardhangani. Adapun yang dimaksud dengan konsep ardhanareswara itu yakni setengah pria  dan setengah wanita. Dan ardhagani berarti setengah bangian badan, karena Hindu itu memandang bahwa wanita bukan hanya sebagai pemimpin rumah tangga namun bisa juga sebagai pemimpimpin masyarakat.  Riil di era-era ini di tanah Bali, banyak para wanita Bali yang berprofesi sebagai politisi, guru besar, serta menduduki jabatan yang tinggi, Contoh di kabupaten kota pelangi Tabanan, memiliki bupati wanita hingga dua periode jabatan ( Ni Putu Eka Wiryastuti, S.Sos).  Itulah catatan tambahan tentang wanita Bali itu…………………

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini