Sunday, August 20, 2017

Pewintenan Saraswati bagi siswa kelas 7 Bipan




 " Bipan " pemasangan kalpika, bagi siswa kelas 7, tahun 2017/2018

Bipan, bi = dua … pan = pupuan. Bipan dimaksudkan untuk menyebutkan institusi pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama yang ada di desa Belimbing yakni SMP Negeri 2 Pupuan. Sebagai salah satu institusi pendidikan, mengemban amanat untuk mencerdaskan kehidupan anak negeri dan kebetulan mayoritas siswanya menganut agama Hindu maka SMP Negeri 2 Pupuan memiliki kewajiban moril untuk melaksanakan ritual keagamaan Hindu bagi para siswanya yakni “pewintenan sasraswati” Pawintenan Saraswati  adalah pensucian diri melalui pemujaan kepada Dewi Saraswati  saktiNya  Brahma yang mencipta ilmu pengetahuan yang dilaksanakan dengan upacara mewinten setelah pembersihan diri secara lahir batin. Dimana pewintenan Saraswati secara global dalam Hindu  disebutkan bertujuan untuk memohon kepada Sang Hyang Aji Saraswati agar badan ini siap untuk menerima wahyu sruti, dan aneka jenis  ilmu pengetahuan. Berkelanjutan dilaksanakan di SMP Negeri 2 Pupuan, setiap anak didik baru pewintenan Saraswatinya dilakukan saat Hari Raya Saraswati tiba, misalnya siswa tahun pelajaran 2017/2018 pewintenan saraswati bagi siswa kelas satu / kelas tujuh  dilaksanakan waktu Sabtu Manis Watugunung 19 Agustus 2017, oleh Jero Mangku Dalem dusun Suredadi ( Jero Gus ) desa Belimbing.

" Bipan " para siswa usai sembahyang Saraswati di merajan sekolah
" Bipan " persiapan pemasangan kalpika pada pada siswa kelas 7

Secara umum ada beberapa prosesi dalam pawintenan saraswati ini yang lazim  dilakukan, yakni Mapetik : sang anak disucikan dengan memotong rambutnya di lima titik di kepalanya dengan menggunakan “Panca Korsika” yang bertujuan untuk menghilangkan “papa klesa petaka ("dosa"; Catur Pataka), lara rogha wighna, gering sasab merana, sarwa satru, dan sebel kandel dari para pemilet yang dipetik. Mapedamel : berserana “Sad Rasa”, yang bertujuan merepresentasikan enam rasa yang ada dalam dunia ini, yaitu manis, asam, asin, pahit, sepat, dan pedas. Marajah,  dilaksanakan pasupati dengan dihidupkan ”aksara-aksara suci” yang berada pada tubuhnya  agar aksara-aksara suci tersebut memberikan kekuatan positif dalam proses brahmacari sang pemilet, dalam prosesi pawintenan ini,  Dirajah,  di bagian lidah bertujuan untuk mengendalikan tutur katanya, dan dipakaikan kain dengan rajahan “Ganapati” di kepala agar Sang Hyang Ganapati  senantiasa melindungi sang anak dari kekuatan negatif.  “Semayut”, sejenis benang tri datu yang dipakaikan di badan, yang bertujuan untuk mengendalalikan perbuatan sang pamilet,  “Karawista” dan juga “Kalpika” bertujuan untuk mengendalikan pikiran. 

" Bipan " masing-masing kelas membuat sebuah pajegan berserana buah lokal saat Hari Raya Saraswati
" Bipan " masing-masing kelas membuat sebuah pajegan berserana buah lokal saat Hari Raya Saraswati

Upacara pemujaan Saraswati  itu dilakukan pada pagi hari, atau sebelum tengah hari, Sebelum upacara Saraswati dan sebelum lewat tengah hari, tidak diperkenankan membaca atau menulis mantra dan kesesusastraan. Bila dilanggar, hasilnya tidak mendapat rahmat Sanghyang Aji Saraswati (Dewa ilmu pengetahuan),  Tidak diperkenankan ”ngucek sastra”, menghapus serta mencoret sastra,  Mengumpulkan serta merawat perpustakaan, baik berupa buku-buku maupun lontar yang dimiliki, untuk kemudian diupacarai menurut ketentuan agama atau diupacarai dengan upakara (Banten) Saraswati.-


No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini