Thursday, July 20, 2017

TIC-nya dibangun di Tanah Lot



 
sawah di Desa Belimbing kala panen padi tiba
 
aktivitas wisman di Desa Belimbing, istirahat diantara kegiatan tracking  (good)

Tourism Imformation Center [TIC] dibidang kepariwisataan di tahun 2017 telah di bangun di daerah tujuan wisata kesohor Tanah Lot Kabupaten kota Pelangi Tabanan, dengan anggaran dari pusat lebih dari empat ratus lima puluh juta, selamat untuk pemda Tabanan. Dengan adanya TIC, amat diharapkan bisa mempromosikan semua daerah tujuan wisata yang ada di kawasan kota pelangi, tidak hanya destinasi yang telah dikenal oleh para wisman  juga obyek obyek wisata baru seperti keberadaan sejumlah Desa wisata yang kesemuanya kini tengah menggeliat berusa untuk bangkit terkenal, contohnya “ Desa Wisata Belimbing “ dikecamatan Pupuan  ( Jalan Raya Antosari – Pupuan ).

contoh, nini/dadong serana menghormati Dewi Sri di lumbung padi
padi ini cuma setengah ikat /ecangkopan  / tengan pejangan ( pengikatnyapun belum permanen baru dari jerami)
seikat padi / epejangan  ( dikat dengan tali dari bambu , tali tutus demikian namanya )

Ketahuilah bahwasanya Desa Belimbing itu sampai di orbitkan sebagai sebuah desa wisata karena kepotensialan panorama alamnya,  dengan areal pertaniannya nan elok bertife terasering. Di seputaran masalah pertanian itulah, banyak hal  yang dapat di contoh dari desa Belimbing misalnya mengenai keuletan, ketangguhan para petani desa Belimbing. Jelas kentara tidak sia sia perjuangan RA Kartini menuntut  kesamaan kesempatan antara para lelaki dengan perempuan.  Di desa Belimbing para istri-istri petaninya tidak tinggal diam menonton menantikan para suami mereka bekerja di sawah, mereka pro aktif  di semua tahapan mengerjakan lahan pertanian dari membajak hingga memanen padi di sawah, mereka tidak gengsi tapi tetap cantik (cantik luar dalam tentunya). Dari pekerjaan ringan hingga berat mereka bantu para suaminya, contohnya memperbaiki pematang yang longsor  (menen mbidan bhs. Belimbingnya). Di desa Belimbing ada lebih dari tiga organisasi subak, diantaranya ada subak yang lumayan besar yakni Subak Teben Telabah, dengan luas  areal persawahannya lebih dari tujuh puluh hektar. Di subak yang satu ini para petaninya tetap menanam  padi jenis lokal/padi mekatik (bhs.Bali), disamping padi jenis unggul sesuai arahan PPL pertanian sebagai wakil pemerintah.

petani di desa Belimbing sedang panen/manyi (bhs.Bali) menggunakan ani-ani/anggapan (bhs.Bali)
hasil panen untuk sementara dibawa disimpan pada gubuk di pinngir sawah, kubu sigian nama gubuknya
i
petani di desa Belimbing tengah mengangkut padi ke kubu sigiannya
para wisman berfotoria berlatarkan alam desa Belimbing (mereka selalu bilang "good")
indahnya panorama alam Desa Belimbing di mata para Wisman dan Wisnu
" desa Belimbing Pupuan Tabanan Bali "    indah

Sedikit tentang padi jenis lokal di desa Belimbing ;  mayoritas penduduk desa Belimbing menganut agama Hindu, dalam ajaran Hindu padi itu identik nian dengan Dewi Sri sebagai pemberi kemakmuran. Selaku seorang Dewi tentunya dihormati dijunjung, Dewi Sri itu salah satu tempat memujanya adalah di lumbung/jineng/gelebeg (bhs.Belimbing). Untuk bisa melaksanakan ritual penghormatan kepada Dewi Sri di lumbung padi, salah satu serana pokoknya adalah sebuah nini/dadong yang terbuat dari sekumpulan/seikat padi lokal, seikat padi lokal itu dalam bahasa Belimbingnya disebut epejangan. Dengan keharusan membuat sebuah nini/dadong maka penanaman padi jenis lokal mesti berkesinambungan. Dari sejak dahulu para petani di tanah Bali khususnya di desa Belimbing memiliki suatu cara menghitung hasil panen mereka (khusus untuk padi lokal yang diikat/dipejangin (bhs.Bali). Berdasarkan jumlah, hasil panen padi dihitung dari hitungan terkecil : setengah pejangan/ tengan pejangan = ecangkopan, seikat = epejangan, kemudian ada istilah untuk jumlah padi yang lebih besar hitungan tertingginya disebut etegen = 32 pejangan,  setengah tegen (tengan tegen) = 16 pejangan, ¼ tegen namanya eseet/ecekel  = 8 pejangan,  setengah seet (tengan seet) disebut edepukan = 4 pejangan. Setiap habis panen padi di sawah, maka lazim terdengar pertanyaan tentang hasil panen dalam bahasa Bali  “ kudang tegen jani maan padi? “ Maksudnya berapa banyak dapat panen padi pada suatu ketika, jawabnya misalnya  duang tegen ( 32 ikat/pejangan kali 2 ), petang tegen (32 ikat/pejangan kali  4) dsb.  Semua istilah hitungan padi itu ada di Desa Belimbing, diantara para petaninya.


No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini