Tuesday, November 29, 2016

Berbahan daun lontar/ental / daun siwalan




Jika hendak mencari berlian menyelamlah di lautannya berlian, demikian juga jika hendak menemukan suatu budaya yang bernilai setinggi nilai berlian menolehlah ke tanah Bali karena pulau yang menyandang nama Pulau Dewata itulah lautan berlian kebudayaan, riil. Kebudayan itu buanyak ragamnya, contoh kesusastraan juga tergolong suatu kebudayaan yang nyata-nyata dapat menunjukkan seberapa majunya peradaban suatu daerah. Dari sejak nguni, para warga tanah Bali telah melakoni seluk beluk dinamika yang tergolong kesusastraan itu.  Dengan memperhatikan aneka hasil daya nalar orang Bali yang mampu menghasilkan banyak ragam kesusastraan tradisional  baik lisan juga tulisan, maka tergambarkan orang-orang Bali itu ada pada tatarann orang berperadaban tinggi. Dari eranya dulu, para intlektual Bali telah mampu menorehkan hasil karya seninya baik berupa tulisan dan gambar pada beberapa media diantaranya yang lumrah mereka gunakan adalah :  lempengan tembaga, dluwang ( kertas jawa dari kulit kayu), lembaran kulit kayu dan binatang, bilah bambu, rotan, serta batu pipih. Hasil karya orang Bali yang telah di torehkan pada suatu media misalnya daun ental/siwalan lazim dinamakan lontar. Dari kesekian banyak lontar yang pernah tercipta oleh orang-orang Bali banyak diantaranya hingga kini diwarisi sebagai salah satu bentuk benda pusaka, disakralkan, karena nyata-nyata memiliki suatu kekuatan magis ( salah satu jenis taksu Bali). Pada umumnya naskah beserta teks kesusastraan  Bali tradisional tersebut nyata-nyata mengandung berbagai ilmu pengetahuan berupa : ilmu filsafat, ilmu agama, ilmu kebudayaan, ilmu sastra, ilmu arsitektur, ilmu pengobatan hingga ke ilmu astrologi dan astronomi.


Adapun jenis media yang latah digunakan khususnya karya yang bertipe gambar ( komik zaman lalu), memakai daun ental taluh. Adapun mekanisme singkat pembuatan media tulis/ gambar berbahan daun ental adalah : Daunnya ental dipetik dari pohon, lalu batang lidinya dari ujung hingga pangkal dihilangkan, demikian juga bagian yang cacat dipotong dibuang. Lembaran-lembaran daun ental tersebut lalu direndam  3 s.d 4 hari, kemudian diangin-anginkan ditempat teduh hingga kering. Selanjutnya dibersihkan dengan serabut kelapa, lalu dijemur dan  direbus berpelepahkan/air rebusan diisi  daun liligundi, gambir, dan kunyit warangan/kunir. direbus hingga mendidih dua kali, lalu daun ental ditiriskan. Setelah kering digulung di taruh ditempat sejuk , kemudian dijepit dibuat rata hingga kurang lebih 10 hari. Masih dalam posisi dijepit lalu dipotong  sesuai ukuran yang dikendaki. Selanjutnya direbus kembali selama 3 jam, diisi kulit pohon kelapa,  kulit pohon kopi, pohon intaran sertab daun papaya secukupnya, sebagai bahan pengawet alami. Terakhir, daun ental kembali dikeringkan  dan siap dipakai sebagai media lukis dan tulis.

Sumber info : Kalender bali 2017, oleh I Kt Bambang Gde Rawi (Alm) dan putra-putranya.

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini