Friday, August 26, 2016

Bali, dilempar dengan uang



foto by medsos FB

Uang bukan segala-galanya, bahkan kala mati nanti kita semua tidak bisa menyelesaikan urusan karma kita kepada Hyang Maha Adil dengan tebusan uang, itu jelas. Tapi setelah kemunafikan di jauhkan kita sadar segala-galanya butuh uang, mungkin itulah kehendakNya yang latah menyertai takdir. Uang itu sejatinya salah satu dari kesekian banyak barang yang dikatagorikan ajaib memeliki daya magis tinggi dan daya hepnotisnya juga lumayan karena dapat melupakan semua golongan kaum adam hawa. Uang itu menggiurkan melebihi kemolekan wanita termolek, karena uang kita semua berikut negara kita bisa maju juga bangkrut, banyak uang tandanya ekonomi mapan, itu pasti. Oleh uang suatu daerah atau peradaban bisa mengenyam indahnya dunia dan juga bisa merasakan  nerakanya alam maya, tidak terkecuali daerah manapun orang manapun di seantero jagat, tiada terkecuali tanah Balipun yang sedemikian kuat daya tangkalnya termasuk daerah tersulit untuk ditahlukan/dijajah  dari sejak nguni
terkait budaya Bali, foto by medos FB

Khusus tentang nusa kecil Bali itu, dari sejak dahulu kala sedemikian tenarnya mengguncangkan buana dalam hal keuletan warganya, berbudaya tinggi adi luhung, sederet orang orang sakti mandaraguna pernah juga lahir dan hidup di Bali. Dari sejak nguni Bali itu berpredikat sebagai suatu daerah yang sulit untuk ditahlukkan, menahlukkan Bali perlu sejuta pemikiran sejuta modal materiil serta moril, keadaan itu bukan hanya isapan jempol semata. Fakta-fakta riil tida terbantah tersaji apik serta mengglobal, misalnya semua orang tahu bagaimana sakti dan cerdasnya Maha Patih Majapahit itu, patih yang berwibawa itu hampir kehilangan akal demi menggenggam tanah Bali dalam genggemannya berbungkuskan  sumpah palapa. Lebih lanjut di suatu era, Belanda yang terkenal itu juga sempat keteter karena tanah Bali yang kecil itu tidak bisa dikuasai secara utuh dalam rentang waktu lumayan panjang, nyaris putus asa. Terkenal dengan puputan jagaraga, beserta tokoh andalnya Patih Jelantik serta Jero Jempiring Bali sempat menjadikan Belanda bulan bulanan di antara keputus asaan, itu semua berkat bantuan ciptaanNya yang berupa hutan bambu, beberapa perwira Belandapun berhasil dibunuh oleh pejuang Bali kala itu. Demikian  tangguhnya yang namanya pulau Bali itu, tapi semua itu luluh lunglai bahkan luluh lantak oleh benda ajaib yang bernama uang. Ketahuilah, kecerdasan orang Bali Utara memakai hutan bambu sebagai benteng, dihepnotis hingga hilang nalar sehatnya oleh Belanda dengan  cara menaburkan uang dari udara ke areal hutan bambu yang dipakai benteng. Hutan bambupun ditebangi demi uang, pertahananpun terbuka oleh uang. Semua berakhir   dengan lumayan naas di diantara kesadaran yang terlambat, serta berujung pada suatu perang, perang puputan.

foto by medsos FB
foto by medsos FB

Terkait tentang ketangguhan daerah kecil Bali yang berkultur budaya tinggi, lambat laun juga akan luluh lantak kalau para penghuni pribuminya tetap terlena terbuai oleh daya hepnotisnya benda ajaib yang bernama uang itu. Betapa tidak, contoh riil nyata-nyata ada, para orang-orang aktif yang saban harinya lincah bergerak tahu persis suatu daerah di Turki sana, Antalya namanya  serupa dengan Bali, dahulunya sama-sama daerah tujuan wisata ternama kayak Bali pantai dan panorama alamnya yang menjadi andalan. Saat tenar dulu, orang-orang Antalya berlomba mendirikan hotel demi para turis, hotel menjamur Antalya penuh turispun berpaling. Jika kita jujur, bukankah kini Bali seperti itu? Lebih-lebih wacana reklamasi Teluk Benoa nyaris nyaris menjadi nyata. Tapi kita khususnya saya pribadi sebagai orang asli Bali, tetap yakin serta berharap penuh yang namanya taksu Bali tetap unggul menang melawan gempuran hepnotis uang. Telah sadar atau belum kita, sejatinya sejarah lama itu  burulang terputar lagi dilakon ceritra yang berepolusi,  jika dahulu palang pintu Bali (Kebo Iwa) di jatuhkan dengan janji akan di beri wanita cantik molek dari Majapahit , maka saat ini para orang-orang tangguh Bali penuh fasilitas sejumlah cewek kafe hingga ke pelosok desa kaki-kakinya gunung, arah tersiernya adalah HIV Aids meningkat pesat. Kektrampilan melempar yang dimiliki para orang-orang berduit juga dipertunjukkan. Para pemimpin Bali dilempari dengan uang, sedemikian banyaknya alat yang dipakai melempar itu sampai-sampai mereka pemimpin kita tertimbun tertindih dan tidak bisa bangun. Betapa lemparan uang dari luar ke Bali itu, kian membuka bentengnya Bali persis kayak benteng bambu di Bali Utara saat eranya Patih Jelantik dan Jero Jempiring.

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini